HADITS TENTANG PUASA RAMADHAN
Sobat Syuhada Malela tercinta berhubung dalam hitungan hari kita akan segera melaksanakan ibadah puasa ramadhan, ada baiknya kita simak hadits Nabi Muhammad tentang Puasa Ramadhan
Wajibnya puasa Ramadhan
Dari Thalhah bin Ubaidillah
radhiyallahu’anhu, dia mengisahkan
- أَنَّ أَعْرَابِيًّا جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَائِرَ الرَّأْسِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِي مَاذَا فَرَضَ اللَّهُ عَلَيَّ مِنْ الصَّلَاةِ فَقَالَ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسَ إِلَّا أَنْ تَطَّوَّعَ شَيْئًا فَقَالَ أَخْبِرْنِي مَا فَرَضَ اللَّهُ عَلَيَّ مِنْ الصِّيَامِ فَقَالَ شَهْرَ رَمَضَانَ إِلَّا أَنْ تَطَّوَّعَ شَيْئًا فَقَالَ أَخْبِرْنِي بِمَا فَرَضَ اللَّهُ عَلَيَّ مِنْ الزَّكَاةِ فَقَالَ فَأَخْبَرَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَرَائِعَ الْإِسْلَامِ قَالَ وَالَّذِي أَكْرَمَكَ لَا أَتَطَوَّعُ شَيْئًا وَلَا أَنْقُصُ مِمَّا فَرَضَ اللَّهُ عَلَيَّ شَيْئًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْلَحَ إِنْ صَدَقَ أَوْ دَخَلَ الْجَنَّةَ إِنْ صَدَقَ
Ada seorang Arab badui yang
rambutnya berdiri datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia
berkata, “Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku tentang sholat yang
diwajibkan Allah kepadaku.” Beliau menjawab, “Sholat lima waktu kecuali jika
kamu ingin menambah sholat yang lain sebagai tambahan.” Lalu dia berkata,
“Beritahukanlah kepadaku puasa yang diwajibkan Allah kepadaku”. Beliau
menjawab, ”Puasa di bulan Ramadhan, kecuali apabila kamu mau melakukan puasa
lain sebagai tambahan.” Lalu dia berkata, “Beritahukanlah kepadaku zakat yang
diwajibkan Allah kepadaku.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun
memberitahukan kepadanya syari’at-syari’at Islam. Lalu lelaki itu berkata,
“Demi Tuhan yang memuliakanmu. Aku tidak akan menambah dan mengurangi apa yang
Allah wajibkan kepadaku barang sedikit pun.” Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia pasti beruntung jika dia jujur.” atau “Dia
pasti masuk surga jika dia jujur.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
Dari ‘Aisyah
radhiyallahu’anha, dia berkata:
- أَنَّ قُرَيْشًا كَانَتْ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ ثُمَّ أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِصِيَامِهِ حَتَّى فُرِضَ رَمَضَانُ وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ شَاءَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ
Kaum Quraisy dahulu biasa
melakukan puasa ‘Asyura di masa jahiliyah. Kemudian Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pun memerintahkan untuk berpuasa pada hari itu sampai
diwajibkannya puasa Ramadhan. Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Barang siapa yang ingin berpuasa pada hari itu -’Asyura- maka
silakan berpuasa. Dan barang siapa yang tidak ingin berpuasa silakan berbuka.”
(HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
Keutamaan Puasa
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
- الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ وَإِنْ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي الصِّيَامُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا
“Puasa adalah perisai. Maka
janganlah dia berkata-kata kotor dan berbudat bodoh. Apabila ada orang lain
yang memerangi atau mencacinya, hendaklah dia katakan, ‘Aku sedang puasa’ (dua
kali). Demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut
orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah ta’ala daripada bau minyak
kasturi. Dia rela meninggalkan makanan, minuman, dan syahwatnya karena Aku.
Puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Satu kebaikan dibalas
sepuluh kali lipatnya.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
Puasa dapat menghapuskan dosa
Dari Hudzaifah
radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
- فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَجَارِهِ تُكَفِّرُهَا الصَّلَاةُ وَالصِّيَامُ وَالصَّدَقَةُ
“Fitnah/dosa pada diri
seseorang karena keluarga, harta, atau tetangganya akan terhapus dengan sholat,
puasa, dan sedekah.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
Pintu ar-Royyan bagi orang-orang yang berpuasa
Dari Sahl
radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
- إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ
“Sesungguhnya di surga
terdapat sebuah pintu yang bernama ar-Royyan. Orang-orang yang berpuasa akan memasukinya
pada hari kiamat. Tidak ada seorangpun yang memasukinya selain mereka. Akan ada
yang berseru, ‘Manakah orang-orang yang berpuasa?’. Maka bangkitlah mereka. Dan
tidak akan memasukinya selain mereka. Apabila mereka telah masuk, maka pintu
itu akan ditutup sehingga tidak akan ada lagi yang masuk melewatinya seorang
pun.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَنْفَقَ زَوْجَيْنِ
فِي سَبِيلِ اللَّهِ نُودِيَ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا
خَيْرٌ فَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّلَاةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّلَاةِ وَمَنْ
كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجِهَادِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الْجِهَادِ وَمَنْ كَانَ مِنْ
أَهْلِ الصِّيَامِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الرَّيَّانِ وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ
الصَّدَقَةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّدَقَةِ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا عَلَى مَنْ دُعِيَ مِنْ
تِلْكَ الْأَبْوَابِ مِنْ ضَرُورَةٍ فَهَلْ يُدْعَى أَحَدٌ مِنْ تِلْكَ
الْأَبْوَابِ كُلِّهَا قَالَ نَعَمْ وَأَرْجُو أَنْ تَكُونَ مِنْهُمْ
“Barang siapa yang
menginfakkan dua pasang hartanya di jalan Allah maka dia akan dipanggil dari
pintu-pintu surga, ‘Wahai hamba Allah, ini adalah kebaikan.’ Barang siapa yang
tergolong ahli sholat maka dia akan dipanggil dari pintu sholat. Barang siapa
yang tergolong ahli jihad maka dia dipanggil dari pintu jihad. Barang siapa
yang tergolong ahli puasa, maka dia akan dipanggil dari pintu ar-Royyan. Barang
siapa yang tergolong ahli sedekah, maka dia akan dipanggil dari pintu sedekah.”
Abu Bakar radhiyallahu’anhu berkata, “Ayah dan ibuku sebagai penebusmu, wahai
Rasulullah. Bahaya apalagi yang perlu dikhawatirkan oleh orang yang dipanggil
dari pintu-pintu tersebut. Apakah ada orang yang dipanggil dari semua pintu
tersebut?” Maka Nabi menjawab, “Iya ada. Dan aku berharap kamu termasuk di
dalamnya.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
Boleh menyebut ‘Ramadhan’ tanpa kata ‘Bulan’
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
- إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ
“Apabila Ramadhan telah
datang maka dibukakan pintu-pintu surga.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
- إِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ
“Apabila bulan Ramadhan
telah masuk dibukakanlah pintu-pintu langit dan dikunci pintu-pintu Jahannam,
dan syaitan-syaitan pun dirantai.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
Pahala bagi orang yang berpuasa Ramadhan
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
- مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang siapa yang
menghidupkan malam Qadar -dengan ketaatan- karena iman dan mengharap pahala,
maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu. Dan barang siapa yang
berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni
dosa-dosanya yang telah berlalu.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
Anjuran meningkatkan kedermawanan di bulan Ramadhan
Dari Ibnu Abbas
radhiyallahu’anhuma, dia berkata,
- كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام يَلْقَاهُ كُلَّ لَيْلَةٍ فِي رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ يَعْرِضُ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ فَإِذَا لَقِيَهُ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام كَانَ أَجْوَدَ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
“Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam adalah orang yang paling dermawan memberikan kebaikan. Beliau paling
dermawan ketika di bulan Ramadhan yaitu ketika Jibril menemuinya. Jibril
‘alaihis salam biasa menemuinya setiap malam di bulan Ramadhan sampai apabila
Jibril telah selesai -menyampaikan wahyu- maka Nabi shallallahu ‘alaihhi wa
sallam menyetorkan hafalan al-Qur’annya kepada Jibril. Apabila Jibril ‘alaihis
salam menemuinya maka beliau adalah orang yang paling ringan dalam berderma
lebih daripada angin yang bertiup.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
Wajib meninggalkan ucapan dusta
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
- مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barang siapa yang tidak
meninggalkan ucapan dusta dan mengamalkannya maka Allah sudah tidak lagi
memerlukan dia meninggalkan makanan dan minumannya.” (HR. Bukhari dalam Kitab
as-Shiyam)
Tidak boleh membalas cacian dengan cacian
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
- قَالَ اللَّهُ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ
Allah berfirman, “Semua
amal anak Adam baginya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku
sendiri yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai. Apabila salah seorang
kalian sedang menjalani puasa janganlah dia berkata-kata kotor dan
berteriak-teriak. Apabila ada orang yang mencaci atau memeranginya hendaklah
dia katakan, ‘Sesungguhnya saya sedang berpuasa.’ Demi Tuhan yang jiwa Muhammad
berada di tangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa jauh lebih harum daripada
bau minyak kasturi. Orang yang berpuasa memiliki dua kebahagiaan. Ketika dia
berhariraya dan ketika dia berjumpa dengan Rabbnya maka dia akan bergembira
dengan puasanya.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
Manfaat puasa bagi orang yang khawatir terjerumus dalam zina
Dari Abdullah bin Mas’ud
radhiyallahu’anhu, dia berkata: Dahulu kami bersama dengan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
- مَنْ اسْتَطَاعَ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
“Barang siapa yang mampu
menikah hendaklah dia menikah. Sesungguhnya menikah itu lebih menundukkan
pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barang siapa yang tidak mampu maka
hendaklah dia berpuasa. Sesungguhnya puasa akan mengekang hawa nafsunya.” (HR.
Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
Berpuasa dan berhari raya dengan melihat hilal
Dari Abdullah bin Umar
radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut Ramadhan
dan bersabda,
- لَا تَصُومُوا حَتَّى تَرَوْا الْهِلَالَ وَلَا تُفْطِرُوا حَتَّى تَرَوْهُ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدُرُوا لَهُ
“Janganlah kalian berpuasa
kecuali apabila kalian telah melihat hilal dan janganlah kalian berhari raya
sampai kalian melihatnya. Apabila ia tertutup dari pandangan kalian maka
genapkanlah.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
Dari Abdullah bin Umar
radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
- الشَّهْرُ تِسْعٌ وَعِشْرُونَ لَيْلَةً فَلَا تَصُومُوا حَتَّى تَرَوْهُ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا الْعِدَّةَ ثَلَاثِينَ
“Bulan itu terkadang
terdiri dari dua puluh sembilan hari. Janganlah kalian berpuasa sampai kalian
melihatnya (hilal). Apabila ia tertutup dari pandangan kalian maka
sempurnakanlah bilangan -bulan Sya’ban- menjadi tiga puluh.” (HR. Bukhari dalam
Kitab as-Shiyam)
Dari Ibnu Umar
radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
- الشَّهْرُ هَكَذَا وَهَكَذَا وَخَنَسَ الْإِبْهَامَ فِي الثَّالِثَةِ
“Bulan itu demikian dan demikian (dengan membuka kedua telapak tangannya).” Kemudian beliau melipat ibu jarinya pada kali yang ketiga -menunjukkan angka 29- (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
- صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِينَ
“Berpuasalah ketika kalian
telah melihatnya. Dan berhari rayalah ketika kalian telah melihatnya. Apabila
ia tersembunyi dari pandangan kalian maka sempurnakanlah bilangan bulan Sya’ban
menjadi tiga puluh hari.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
Dari Ummu Salamah
radhiyallahu’anha,
- أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آلَى مِنْ نِسَائِهِ شَهْرًا فَلَمَّا مَضَى تِسْعَةٌ وَعِشْرُونَ يَوْمًا غَدَا أَوْ رَاحَ فَقِيلَ لَهُ إِنَّكَ حَلَفْتَ أَنْ لَا تَدْخُلَ شَهْرًا فَقَالَ إِنَّ الشَّهْرَ يَكُونُ تِسْعَةً وَعِشْرِينَ يَوْمًا
Suatu saat Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersumpah untuk tidak mengumpuli istri-istrinya selama satu
bulan. Ketika sudah berlalu dua puluh sembilan hari ternyata beliau sudah
berangkat di awal atau di akhir siang -untuk mengumpuli istri-. Maka ada yang
bertanya kepada beliau, “Bukankah anda telah bersumpah untuk tidak mengumpuli
istri selama sebulan?”. Maka beliau menjawab, “Bulan itu terkadang dua puluh
sembilan hari.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
Menentukan masuknya Ramadhan bukan dengan hisab
Dari Ibnu Umar
radhiyallahu’anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
- إِنَّا أُمَّةٌ أُمِّيَّةٌ لَا نَكْتُبُ وَلَا نَحْسُبُ الشَّهْرُ هَكَذَا وَهَكَذَا يَعْنِي مَرَّةً تِسْعَةً وَعِشْرِينَ وَمَرَّةً ثَلَاثِينَ
“Sesungguhnya kami ini
-bangsa Arab- adalah bangsa yang buta huruf. Kami tidak bisa baca tulis dan
tidak pandai berhitung. Bulan itu terkadang demikian, dan terkadang demikian.”
Maksudnya terkadang dua puluh sembilan hari dan terkadang tiga puluh hari (HR.
Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
Larangan berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadhan
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu’anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
- لَا يَتَقَدَّمَنَّ أَحَدُكُمْ رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ إِلَّا أَنْ يَكُونَ رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمَهُ فَلْيَصُمْ ذَلِكَ الْيَوْمَ
“Janganlah salah seorang
dari kalian mendahului Ramadhan dengan melakukan puasa sat atau du hari
sebelumnya kecuali bagi orang yang sudah biasa mengerjakan puasa maka dia boleh
berpuasa di hari itu.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
Dihalalkan berhubungan bagi pasangan suami istri di malam harinya
Dari al-Barra’
radhiyallahu’anhu, dia berkata:
- كَانَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ الرَّجُلُ صَائِمًا فَحَضَرَ الْإِفْطَارُ فَنَامَ قَبْلَ أَنْ يُفْطِرَ لَمْ يَأْكُلْ لَيْلَتَهُ وَلَا يَوْمَهُ حَتَّى يُمْسِيَ وَإِنَّ قَيْسَ بْنَ صِرْمَةَ الْأَنْصَارِيَّ كَانَ صَائِمًا فَلَمَّا حَضَرَ الْإِفْطَارُ أَتَى امْرَأَتَهُ فَقَالَ لَهَا أَعِنْدَكِ طَعَامٌ قَالَتْ لَا وَلَكِنْ أَنْطَلِقُ فَأَطْلُبُ لَكَ وَكَانَ يَوْمَهُ يَعْمَلُ فَغَلَبَتْهُ عَيْنَاهُ فَجَاءَتْهُ امْرَأَتُهُ فَلَمَّا رَأَتْهُ قَالَتْ خَيْبَةً لَكَ فَلَمَّا انْتَصَفَ النَّهَارُ غُشِيَ عَلَيْهِ فَذُكِرَ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ { أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ } فَفَرِحُوا بِهَا فَرَحًا شَدِيدًا وَنَزَلَتْ { وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمْ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنْ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ }
Dahulu para sahabat
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, apabila seseorang sedang berpuasa
kemudian datang saat berbuka namun tertidur sebelum sempat menikmati makanan
maka dia tidak boleh makan di malam hari itu dan siang hari berikutnya sampai
sore. Qais bin Shurmah al-Anshari radhiyallahu’anhu suatu ketika sedang
berpuasa, ketika datang waktu untuk berbuka maka dia menemui istrinya dan
berkata, “Apakah kamu memiliki makanan?”. Istrinya berkata, “Tidak. Akan tetapi
aku akan pergi untuk mencarikannya untukmu.” Pada hari itu dia sibuk bekerja
sehingga membuatnya kedua matanya berat dan akhirnya tertidur. Kemudian
datanglah istrinya, lalu ketika dia melihat suaminya tertidur maka dia berkata,
“Ah, kamu tidak mendapatkan apa-apa.” Ketika waktu sudah menginjak pertengahan
siang maka dia pun jatuh pingsan. Kemudian kejadian itu dilaporkan kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan turunlah ayat ini, “Dihalalkan untuk kalian
bercumbu dengan istri kalian pada malam hari bulan puasa.” Maka bergembiralah
mereka dengan kegembiraan yang meluap-luap karenanya, dan turun ayat, “Makan
dan minumlah sampai jelas bagi kalian -perbedaan- benang yang putih dari benang
yang hitam.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
Boleh makan dan minum sampai terbit fajar (adzan Subuh)
Dari Adi bin Hatim
radhiyallahu’anhu, dia berkata:
- لَمَّا نَزَلَتْ { حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمْ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنْ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ } عَمَدْتُ إِلَى عِقَالٍ أَسْوَدَ وَإِلَى عِقَالٍ أَبْيَضَ فَجَعَلْتُهُمَا تَحْتَ وِسَادَتِي فَجَعَلْتُ أَنْظُرُ فِي اللَّيْلِ فَلَا يَسْتَبِينُ لِي فَغَدَوْتُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرْتُ لَهُ ذَلِكَ فَقَالَ إِنَّمَا ذَلِكَ سَوَادُ اللَّيْلِ وَبَيَاضُ النَّهَارِ
Ketika turun ayat, “Sampai
jelas bagi kalian perbedaan benang yang putih dari benang yang hitam.” Maka aku
pun mengambil tali berwarna hitam dan tali berwarna putih dan kuletakkan
keduanya di bawah bantalku, kemudian pada waktu malam aku mengamatinya namun perbedaannya
juga tidak jelas bagiku. Keesokan harinya aku pun pergi menemui Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan aku ceritakan hal itu kepadanya. Maka beliau
bersabda, “Sesungguhnya yang dimaksud adalah hitamnya malam dan putihnya
siang.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
Dari Sahl bin Sa’d
radhiyallahu’anhu, dia berkata:
- أُنْزِلَتْ { وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمْ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنْ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ } وَلَمْ يَنْزِلْ { مِنْ الْفَجْرِ } فَكَانَ رِجَالٌ إِذَا أَرَادُوا الصَّوْمَ رَبَطَ أَحَدُهُمْ فِي رِجْلِهِ الْخَيْطَ الْأَبْيَضَ وَالْخَيْطَ الْأَسْوَدَ وَلَمْ يَزَلْ يَأْكُلُ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُ رُؤْيَتُهُمَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ بَعْدُ { مِنْ الْفَجْرِ } فَعَلِمُوا أَنَّهُ إِنَّمَا يَعْنِي اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
Ketika diturunkan ayat,
“Makan dan minumlah sampai jelas bagi kalian perbedaan antara benang yang putih
dengan benang yang hitam.” Namun, belum diturunkan kelengkapannya, “Yaitu
terbitnya fajar.” Ketika itu apabila orang-orang hendak berpuasa maka dia mengikatkan
tali berwarna putih dan tali berwarna hitam di kakinya. Dia akan terus makan
sampai benar-benar bisa membedakan antara keduanya. Setelah itu, maka Allah
turunkan kelengkapan ayatnya, “Yaitu terbitnya fajar.” Maka barulah setelah itu
mereka mengetahui bahwa yang dimaksudkan -dengan hitam dan putih- adalah malam
dan siang (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
Anjuran makan sahur sampai menjelang adzan Subuh berkumandang
Dari ‘Aisyah
radhiyallahu’anha, dia berkata,
- أَنَّ بِلَالًا كَانَ يُؤَذِّنُ بِلَيْلٍ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يُؤَذِّنَ ابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ فَإِنَّهُ لَا يُؤَذِّنُ حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ
“Bilal biasa
mengumandangkan adzan di waktu malam, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Makan dan minumlah sampai Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan adzan.
Dan dia tidak akan mengumandangkan adzan kecuali apabila fajar sudah terbit.”
(HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
Para Sahabat biasa mengakhirkan makan sahur
Dari Sahl bin Sa’d
radhiyallahu’anhu, dia berkata:
- كُنْتُ أَتَسَحَّرُ فِي أَهْلِي ثُمَّ تَكُونُ سُرْعَتِي أَنْ أُدْرِكَ السُّجُودَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dahulu aku makan sahur
bersama keluargaku kemudian aku pun mempercepatnya agar bisa mendapatkan sujud
(sholat) bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (HR. Bukhari dalam
Kitab as-Shiyam)
Jarak antara akhir sahur dengan mulainya sholat Subuh
Dari Anas dari Zaid bin
Tsabit radhiyallahu’anhuma, Zaid berkata,
- تَسَحَّرْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ قُلْتُ كَمْ كَانَ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالسَّحُورِ قَالَ قَدْرُ خَمْسِينَ آيَةً
“Kami dulu pernah bersantap
sahur bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu beliau bangkit
untuk melakukan sholat.” Aku -Anas- berkata, “Berapakah jarak antara adzan
(maksudnya iqomah) dengan makan sahur?”. Zaid menjawab, “Seukuran dengan
lamanya waktu yang diperlukan untuk membaca lima puluh ayat.” (HR. Bukhari
dalam Kitab as-Shiyam)
Anjuran untuk makan sahur
Dari Abdullah bin Umar
radhiyallahu’anhuma, dia berkata:
- أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاصَلَ فَوَاصَلَ النَّاسُ فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَنَهَاهُمْ قَالُوا إِنَّكَ تُوَاصِلُ قَالَ لَسْتُ كَهَيْئَتِكُمْ إِنِّي أَظَلُّ أُطْعَمُ وَأُسْقَى
Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam melakukan wishol (tidak berbuka dan tidak sahur) maka orang-orang (para
sahabat) pun ikut melakukan wishol sebagaimana beliau. Akibatnya hal itu justru
memberatkan mereka, maka beliau pun melarang mereka dari melakukannya. Maka
mereka berkata, “Sesungguhnya engkau melakukan wishol.” Nabi menjawab, “Aku
tidak seperti keadaan kalian. Pada waktu siang aku diberi makan dan minum.”
(HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
Dari Anas bin Malik
radhiyallahu’anhu, dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
- تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً
“Makan sahurlah,
sesungguhnya di dalam santap sahur itu terdapat keberkahan.” (HR. Bukhari dalam
Kitab as-Shiyam)
Boleh menemui waktu pagi dalam keadaan junub
Dari ‘Aisyah dan Ummu
Salamah radhiyallahu’anhuma, mereka berdua menceritakan
- أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُدْرِكُهُ الْفَجْرُ وَهُوَ جُنُبٌ مِنْ أَهْلِهِ ثُمَّ يَغْتَسِلُ وَيَصُومُ
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam suatu ketika pernah memasuki waktu subuh dalam keadaan junub
karena berkumpul dengan istrinya, kemudian beliau mandi dan berpuasa (HR.
Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
Bercumbu rayu bagi orang yang sedang puasa
Dari ‘Aisyah
radhiyallahu’anha, beliau berkata,
- كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُ وَيُبَاشِرُ وَهُوَ صَائِمٌ وَكَانَ أَمْلَكَكُمْ لِإِرْبِهِ
“Dahulu Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mencium dan mencumbui istrinya, padahal ketika itu beliau
sedang berpuasa. Namun beliau adalah lelaki yang paling bisa mengendalikan hawa
nafsunya daripada kalian.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
Mencium bagi orang yang sedang puasa
Dari ‘Aisyah
radhiyallahu’anha, beliau berkata,
- إِنْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيُقَبِّلُ بَعْضَ أَزْوَاجِهِ وَهُوَ صَائِمٌ ثُمَّ ضَحِكَتْ
“Sesungguhnya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dulu pernah mencium sebagian istrinya dalam
keadaan beliau sedang berpuasa.” Kemudian ‘Aisyah tertawa (HR. Bukhari dalam
Kitab as-Shiyam)
Orang yang berpuasa boleh mandi besar setelah Subuh
Dari ‘Aisyah
radhiyallahu’anha, beliau berkata,
- كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُدْرِكُهُ الْفَجْرُ فِي رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ حُلْمٍ فَيَغْتَسِلُ وَيَصُومُ
“Dahulu Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam menjumpai waktu subuh di bulan Ramadhan dalam keadaan junub,
tapi bukan karena mimpi, Maka beliau mandi dan berpuasa.” (HR. Bukhari dalam
Kitab as-Shiyam)
Dari Abu Bakr bin
Abdurrahman, dia berkata:
- كُنْتُ أَنَا وَأَبِي فَذَهَبْتُ مَعَهُ حَتَّى دَخَلْنَا عَلَى عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ أَشْهَدُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنْ كَانَ لَيُصْبِحُ جُنُبًا مِنْ جِمَاعٍ غَيْرِ احْتِلَامٍ ثُمَّ يَصُومُهُ ثُمَّ دَخَلْنَا عَلَى أُمِّ سَلَمَةَ فَقَالَتْ مِثْلَ ذَلِكَ
Dahulu aku bersama ayahku
pergi bersama-sama kepada ‘Aisyah radhiyallahu’anha untuk menanyakan suatu
perkara. Beliau menjawab, “Aku bersaksi atas nama Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Sungguh beliau pernah memasuki waktu pagi dalam keadaan
junub karena berhubungan -dengan istri di malamnya- dan bukan karena mimpi,
kemudian beliau mandi dan tetap berpuasa.” Kemudian kami juga bertanya kepada
Ummu Salamah, dan ternyata beliau juga memberikan jawaban yang serupa (HR.
Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
Tidak sengaja makan dan minum tidak membatalkan puasa
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu’anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
- إِذَا نَسِيَ فَأَكَلَ وَشَرِبَ فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ فَإِنَّمَا أَطْعَمَهُ اللَّهُ وَسَقَاهُ
“Apabila salah seorang dari
kalian lupa kemudian makan dan minum maka sempurnakanlah puasanya (tidak
dianggap batal). Karena sesungguhnya Allah lah yang memberinya makan dan
minum.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
Demikian secuil hadits dari beliau SAW,mudah mudahan bermanfaat bagi kita...Amin yaa rabbal 'Alamin...
x-) hebatt mr....... sgt bermanfaat... :) By : Royati Esy_Syauqi
BalasHapusmakasih pak,, manfaat sekali buat saya.... moga puasa saya tahun ini full.. aminn
BalasHapusAmin..
Hapusterimakasih dah mampir ke blog saya..