Sobat Syuhada Malela, pasca Peristiwa 11 September di Amerika Serikat, sentimen anti-Islam di sejumlah negara ternyata justru semakin menambah jumlah orang yang mempelajari Islam dan kemudian memeluknya. Fenomena itu antara lain terjadi di Perancis dan Amerika Serikat (AS).
Pemerintah Prancis membuat aturan melarang jilbab. Bahkan mantan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy menyebarkan Islamofobia dengan berusaha menggelar debat publik membandingkan Islam dengan nilai-nilai yang dianut negara sekuler. Bukannya menggerus jumlah Muslim di negara itu, "gerakan kebencian" terhadap Islam itu justru membuat warga Prancis berbondong-bondong masuk Islam hingga membuat populasi Muslim kini mencapai 6 juta jiwa! Jumlah itu merupakan angka muslim terbesar di negara Eropa, bahkan lebih besar dari jumlah umat Katolik Roma di Prancis.
Pejabat Kementerian Dalam Negeri Prancis yang menangani masalah isu-isu agama, Bernard Godard, takjub dengan pertumbuhan umat Islam yang terus meningkat itu.
"Fenomena itu sangat mengesankan, terutama sejak tahun 2000," kata Godard, dikutip Republika dari The New York Times, awal Februari lalu.
Seiring pesatnya pertumbuhan umat Islam, jumlah masjid juga terus meningkat di Prancis. Hampir 150 masjid sedang dalam pembangunan, menambah jumlah masjid menjadi lebih dari 2.000 buah. Artinya, pertumbuhan masjid mencapai dua kali lipat dalam satu dekade terakhir. Bandingkan dengan gereja yang hanya terbangun 20 unit baru, sementara 60 gereja yang lama telah ditutup, sebagiannya berubah menjadi masjid.
Sentimen anti-Islam di AS juga tak kalah menarik. Seorang pemuda anggota band beraliran neo-Nazi menembak seorang penganut Sikh lantaran dia mengira penganut Sikh yang memakai surban itu sebagai seorang muslim.
Anehnya, bersamaan dengan meningkatnya sentimen anti-Islam, pertumbuhan agama samawi itu justru semakin pesat. Menurut penelitian, jumlah penganut Islam meningkat 2,6 juta setiap tahun, menjadikan umat Islam mendekati angka pengikut Yahudi sebagai agama kedua terbesar di AS.
Jumlah pemeluk Islam di AS terbanyak berasal dari kalangan Afro-Amerika. Lekatnya Islam dengan penduduk Negeri Paman Sam berkulit hitam tidak lepas dari sepak terjang sejumlah tokoh berpengaruh seperti Politisi Malcolm X dan petinju Muhammad Ali menggemparkan dunia karena mengikrarkan syahadat di puncak masa kegemilangannya.
Namun, bukan sekedar karena tokoh jika orang-orang berkulit hitam itu memilih Islam. Yang lebih substansi bagi mereka adalah, karena Islam tidak membedakan warna kulit. Semua setara di hadapan Allah. Shalat dalam satu shaf, haji di satu tempat. Tanpa diskriminasi, yang ada hanyalah ukhuwah Islamiyah. Inilah persaudaraan yang tidak didapati pada agama lainnya.
Di Kristen Protestan misalnya. Meskipun agama itu juga mengajarkan persamaan warna kulit, faktanya masih ada gereja yang membedakan warna kulit
0 komentar:
Posting Komentar